JL. MT. Haryono No. 98 Kec. Setu
Kab. Bekasi Provinsi Jawa Barat
Kode Pos 17320
Telp. +62 21 82602182
Fax. +62 21 82607499
2024-03-28 10:20:00 | Superadmin
Perkembangan tekonologi di bidang perunggasan yang semakin pesat masih dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait dengan perlindungan terhadap peternakan unggas rakyat. Salah satu kebijakan pemerintah berupa pelarangan Antibiotic Growth Promoters (AGP) menjadi tantangan tersendiri bagi peternak unggas. Kebijakan pelarangan ini juga telah diambil oleh berbagai negara di dunia utamanya di Eropa sebagai bagian dari kampanye Antimicrobial Resistance (AMR) oleh World Health Organization (WHO), termasuk Food and Agriculture Organization (FAO) dalam rilisnya pada 30 Mei 2018 mengingatkan kembali agar seluruh dunia segera menghentikan penggunaan Antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan.
Antimikroba merupakan salah satu temuan yang sangat penting bagi dunia, mengingat manfaatnya bagi kehidupan, terutama untuk melindungi kesehatan manusia, hewan, dan kesejahteraan hewan. Akan tetapi jika dalam penggunaannya antimikroba ini dilakukan secara tidak bijak dan tidak rasional, maka menjadi pemicu terhadap kemunculan bakteri yang tahan atau kebal terhadap efektivitas pengobatan antimikroba. Di sisi yang lain, pelarangan penggunaan AGP menyebabkan risiko kematian tinggi dan turunnya performan, adanya necrotic enteristis dan dysbacteriosis (penyakit yang disebabkan oleh bakteri), wet litter, dan menaikkan biaya produksi. Sementara itu, pengganti AGP sangat mahal dan akan menyulitkan peternak.
Pelarangan AGP didasarkan adanya studi-studi bahwa penggunaan antibiotik yang intens dan masif dapat berkontribusi pada timbulnya akumulasi bakteri yang resistan terhadap obat dan residu antibiotik yang terkandung pada produk hewani dapat mentransfer sifat resistensi terhadap bakteri patogen pada hewan dan manusia dan menimbulkan potensi bahaya kesehatan bagi manusia.
Penggunaan AGP pada Unggas
Permasalahan pakan unggas lebih rumit bila dibandingkan dengan permasalahan pakan ternak lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu proses pencernaan berjalan lebih cepat, waktu pernafasan dan sirkulasi darah lebih cepat, suhu tubuh 4-50C lebih tinggi (410C), bergerak lebih aktif, lebih sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan pertumbuhan lebih cepat. Oleh karena itu, unggas membutuhkan nutrien yang cukup agar pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan produksinya tetap baik kinerja saluran cerna menentukan produktivitas ternak unggas. Gangguan yang menyebabkan kinerja usus atau saluran cerna tidak optimal karena senyawa racun seperti mikotoksin dan peningkatan bakteri patogen.
Antibiotik pada dunia kedokteran hewan perunggasan pada dasarnya dapat diberikan untuk empat tujuan :
1. Terapeutik, artinya antibiotik diberikan kepada hewan sakit agar sembuh dari agen penyakit kausatifnya.
2. Metafilaksis (kontrol), artinya antibiotik diberikan kepada hewan suspek pada daerah yang ditemukan penyakit agar mengurangi penyebaran penyakit.
3. Profilaksis (pencegahan), artinya antibiotik diberikan kepada hewan sehat untuk memberikan proteksi agar tidak terkena penyakit.
4. Antibiotic Growth Promoter/ AGP (antibiotik imbuhan pakan), artinya antibiotik diberikan untuk mengeliminir bakteri merugikan saluran pencernaan agar mendapatkan bobot badan serta rasio konversi pakan yang lebih baik.
AGP sendiri diberikan pada unggas dengan dosis sub-terapeutik atau dibawah dosis normal untuk terapi. Karena target AGP sendiri adalah kepada bakteri pada permukaan saluran pencernaan, sehingga pemberian dosis sub-terapeutik diharapkan tidak terdistribusi jauh hingga ke dalam organ dan tidak meninggalkan residu pada daging dan telur saat dipanen.. (https:// intp-fapet.ipb.ac.id).
Pelarangan Penggunaan AGP di Berbagai Negara
Eropa telah melarang penggunaan antibiotik sebagai pakan imbuhan sejak tahun 2006, karena berpotensi terdapat residu antibiotik pada produk pangan yang akan terserap oleh konsumen yang berakibat meningkatkan resistensi bakteri serta residu kimia pada manusia. Di Taiwan telah ditemukan sebanyak 2,3% sampel makanan mengandung antibiotik pada produk asal ternak. Di negara besar lainnya sendiri sebenarnya terdapat beberapa regulasi yang berbeda-beda. Amerika Serikat dan Kanada melarang penggunaan golongan antibiotik yang penting di manusia sebagai AGP. Golongan antibiotik yang penting adalah daftar golongan antibiotik yang dikeluarkan oleh WHO yang dianggap vital bagi manusia karena keefektivitasannya dalam mengobati penyakit (Prasetyo, dkk. 2020).
Sejalan dengan kebijakan WHO untuk mengurangi penggunaan berlebih antibiotik pada peternakan dan perikanan, pasal 22 ayat 4 huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014, menyebutkan bahwa melarang penggunaan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan. Namun, Indonesia secara resmi baru mulai melarang AGP dalam pakan per Januari 2018 sesuai Permentan No. 22/2017 tentang pendaftaran dan peredaran pakan. Pelarangan penggunaan AGP ini dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan performa broiler, diantaranya meningkatnya mortalitas dan menurunnya efesiensi penggunaan pakan.
Alasan utama pelarangan AGP adalah karena sudah tingginya kejadian resistensi bakteri terhadap banyak jenis antibiotik, bahkan antibiotik yang dipersiapkan untuk menangani kasus bakteri multi-resisten. AGP sendiri telah terbukti dapat menyebabkan resistensi silang antara antibiotik dalam satu golongan. Sebagai contoh Virginiamisin yang hanya diberikan kepada hewan sebagai AGP dapat menyebabkan resistensi silang dengan Quinupristin/Dalfopristin yang merupakan antibiotik second-line pada manusia. Hal ini dikarenakan keduanya masuk dalam golongan antibiotik yang sama, yakni Streptogramin. Resistensi silang ini menyebabkan kekebalan bakteri jenis tertentu terhadap semua jenis antibiotik Streptogramin, walaupun manusia yang terinfeksi bakteri tersebut belum pernah meminum antibiotik golongan Streptogramin sebelumnya.
Tabel 1. Penggunaan Beberapa Jenis Antibiotik pada Manusia dan Hewan
Golongan Antibiotik |
Persentase Pemakaian pada Manusia |
Persentase Pemakaian pada Hewan |
Penisilin |
44% |
6% |
Sefalosporin |
15% |
1% |
Sulfonamida |
14% |
3% |
Quinolon |
9% |
> 1% |
Makrolida |
5% |
4% |
Tetrasiklin |
4% |
41% |
Ionofor |
0% |
30% |
(https:// intp-fapet.ipb.ac.id).
Alternatif Pengganti AGP
Beragamnya studi mengenai imbuhan pakan pengganti AGP memberikan banyak pilihan solusi terkait permasalahan mempertahankan kesehatan saluran cerna. Meskipun demikian, respon pemberian bahanbahan tersebut sangat bervariasi dengan banyaknya faktor-faktor yang tidak ditemukan dalam kondisi riset berskala laboratorium yang diatur sedemikian rupa sehingga respon yang diharapkan dapat muncul. Pada praktiknya, banyak faktor yang menyebabkan penggunaan imbuhan pakan yang sama dapat menghasilkan output yang berbeda-beda. Alternatif pengganti AGP di beberapa negara antara lain :
1. Enzim
Enzim adaah produk biologis yang bersifat katalis dan dapat meningkatkan ketersediaan zat gizi dari pakan atau bahan pakan. Mekanisme kerja enzim berbeda dengan antibiotic, yaitu tidak membunuh bakteri, tetapi merusak dinding sel bahan pakan yang sulit dicerna secara alami seperti serat kasar
2. Asam Organik
Asam organic membuat kondisi saluran pencernaan lebih asam (pH rendah). Kondisi asam tidak menguntungkan bagi bakteri pathogen karena dapat memodifikasi pH di dalam sel bakteri. Beberapa jenis asam organic yang sudah diteliti dan diaplikasikan sebagai pengganti AGP adalah asam formiat, asam butriat, asam laktat, asam sorbat, asam fumarate, asam malat, asam tartarat dan asam sitrat.
3. Bioaktif tanaman atau herbal
Bioaktif tanaman merupakan zat aktif atau metabolit sekunder yang terdapat di dalam bagian tanaman, metabolit sekunder umumnya berupa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan tannin.
4. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme (bakteri atau kapang) hidup yang bermanfaat bagi system pencernaan. Penggunaan probiotik sebagai imbuhan akan mengubah keseimbangan microflora di dalam usus ternak, akibatnya mikroba pathogen akan berkurang (kalah bersaing) jumlahnya di dalam saluran pencernaan
5. Prebiotik
Prebiotik adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai substrata tau makanan bagi mikrona menguntungkan yang ada di dalam saluran pencernaan seperti lactobacillus dan bifidobacter (Sinurat et al. 2017)
Sampai saat ini, sejumlah produk imbuhan pakan seperti diantaranya minyak esensial, ekstrak tumbuhan, rempah-rempah, asam organik, probiotik dan prebiotik telah diteliti dan terbukti memiliki kemampuan alternatif pengganti antibiotik dalam sistem produksi ternak. Probiotik dan asam organik merupakan imbuhan pakan yang paling sering digunakan dalam mempertahankan konsistensi kesehatan saluran cerna. Probiotik diketahui dapat mengendalikan bakteri patogen di saluran cerna. Aplikasi probiotik dan prebiotik pada ayam diterapkan dengan tujuan antara lain menggantikan antibiotik. Kombinasi probiotik dan prebiotik dapat menunjukkan hasil yang lebih optimal karena prebiotik membantu kinerja probiotik sehingga dapat meningkatan jumlah bakteri menguntungkan dan menekan jumlah bakteri patogen. Probiotik dan prebiotik yang diberikan secara bersama dapat memberikan efek yang lebih baik daripada diberikan secara terpisah kepada ayam, karena bakteri probiotik dan bakteri endogenus juga dapat memanfaatkan prebiotik (Abdurrahman et al., 2016). Penurunan bakteri patogen yang selanjutnya berdampak pada perbaikan proses penyerapan nutrien bagi ternak, selain meningkatkan performans, juga pada kualitas daging. Hasil penelitian pengaruh kombinasi probiotik dan prebiotik pada daging ayam tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh kombinasi probiotik dan prebiotic pada daging ayam
Tipe Probiotik |
Tipe Prebiotik |
Jenis Ayam |
Hasil |
Lactobacillus acidophilus Pediococcus Spp.841 dan Pediococcus Spp 840 |
Oligosaccharides |
Ayam Broiler |
Tidak mempengaruhi keempukan daging |
Lactobacillus sp. |
Inulin Umbi Dahlia |
Ayam Kampung Persilangan |
Tidak mempengaruhi keempukan daging, meningkatkan warna daging |
Lactobacillus acidophillus |
Inulin |
Broiler |
Protein daging meningkat, menurunkan kandungan lemak |
Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis dan Clostridium butyricum |
Dinding sel ragi dan xylooligosaccharide |
Ayam broiler |
Menekan jumlah malondialdehyde penyebab ransiditas |
Enterococcus faecium (DSM 3530) |
Fructooligosaccharides dari inulin tanaman chicory |
Ayam broiler |
Menekan ransiditas |
Bacillus subtilis |
xylooligosaccharide dan mannanoligosaccharide |
Ayam broiler |
Menekan jumlah malondialdehyde penyebab ransiditas, meningkatkan aktivitas antioksidan daging |
Bacillus spp |
Daun katuk |
Ayam broiler |
Menurunkan kadar lemak daging, menurunkan kolesterol daging |
(Abdurrahman, et al. 2018)
Referensi :
Abdurrahman, Z. H., & Yanti, Y. 2018. Gambaran Umum Pengaruh Probiotik dan Prebiotik pada Kualitas Daging Ayam. Ternak Tropika Journal of Tropical Animal Production Vol 19, No 2 (95-104)
Ipb.ac.id. 24 April 2018. Antibiotic Growth Promoter/AGP. Diakses pada 25 Maret 2024, dari https:// intp-fapet.ipb.ac.id
Prasetyo, A.F., Ulum M.Y.M, Prasetyo, B. & Sanyoto, J.I. 2020. Perforna Pertumbuhan Broiler Pasca Penghentian Antibiotic Growth Promoters (AGP) dalam Pakan Ternak Pola Kemitraan di Kabupaten Jember. Jurnal Peternakan Vol 17, No 1 (25-30)
Sinurat, A.P., Bahri, S., Muharsini, S., Puastuti, W., Priyanti A., Nurhayati, I. S., Priyono. 2017. Kebijakan Pengendalian Penggunaan Antibiotic Growth Promoters dan Ractopamine dalam Mendukung Keamanan Pangan Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Ratri Ratna Dewi